Pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), melalui Direktur Ketahanan Seni Budaya, Agama dan Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kemendagri Budi Prasetyo, seperti yang diberitakan oleh media cetak, pemberitaan, dan online, menyatakan bahwa“Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi masyarakat terlarang di Jakarta; ormas pimpinan Riziq Shihab, organisasi ilegal karena tidak terdaftar dalam administrasi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.FPI sebagai organisasi illegal dapat berdampak pada pemberian sanksi terhadap segala sesuatu yang dilakukan kelompok tersebut. Sanksi tersebut diberikan oleh Pemprov DKI.”
Ormas Ilegal tersebut, menurut Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, aksi Front Pembela Islam (FPI) memperuncing isu SARA. Pernyataan tersebut ada benarnya, karena setiap aksi dan tindakan FPI selalu menunjukkan kekerasan, intoleransi, dan menyebarkan isu sentimen sara, dan diiringi oleh kebrutalan Ilmu Pelet Birahi serta kerusuhan, bahkan menimbulkan ketakutan pada masyarakat.
Hal terbaru yang dilakukan oleh ormas Ilegal tersebut adalah bersama Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) “melantik” KH Fahrurrozy Ishaq sebagai gubenrur DKI Jakarta; gubernur tandingan ataupun gubernur liar, di area “Parlemen Jalanan,” depan Balai Kota DKI - Jakarta. Ya, semacam komedian baru di Indonesia.
Komedian itu berencana “menduduki dan mengusir Ahok dan mempersilakan Fakhrurozy menduduki Balai Kota.” Selain itu, menurut Si Komedian,
“DPRD harus tegas dan menolak Ahok sebagai gubernur. Gunakan Hak Interpelasi dan Hak Angket untuk menurunkannya.
Tidak akan berhenti menyuarakan dan memimpin massa menggulingkan Ahok hingga batas waktu yang tak ditentukannya. Perjuangan kami tidak akan pernah berhenti dan terus meminta dengan suara lantang bahwa Ahok harus mundur. Kalau tidak mau maka kami yang melengserkannya.
Akan mengajak tokoh Betawi, ulama dan habib serta pimpinan ormas Islam bekerja sama berusaha mengubah Jakarta menjadi lebih baik, serta menurunkan Ahok dari jabatannya.”
Tentu saja, Rizieq Shihab mendukung total Si Rozy sebagai gubernur; ia pun dengan lantang berkata bawa, “Yang pasti, kami mengajak masyarakat tidak mengakui Ahok sebagai Gubernur DKI. Kami minta warga tidak menerima Ahok jika masuk ke kampungnya.” Cocok dan pas, Si Komedian baru itu usungan dari kelompoknya, yaitu FPI. Selanjutrnya, pimpinan ormas ilegal itu, akan melakukan tablig akbar menolak kepemimpinan Ahok.
Tanggapan Ahok
Kemarin, ketika muncul “Gubernur Tandingan,” tentu saja menjadi perhatian publik, dan gema dari ulah ormas ilegal tersebut sampai ke Gubernur DKI Jakarta. Ketika ditanya oleh wartawan, bagaimana tanggapannya terhadap hal tersbut, Ahok hanya menjawab,”Alah, ya ngapain tandingan ya nggak fair kan. Kenapa nggak bikin tuhan tandingan sekalian gitu loh. Ya kan,”
Tanggapan Publik
Tentu saja, apa yang dilakukan oleh Rizieq Shihab cs tersebut, bukan tanpa alasan; FPI yang selalu mendahulukan usungan rasis dan sentimen perbedaan SARA, merasa bahwa negeri ini, harus mengutamakan suara mereka, bukan yang lain. Sehingga, apa pun yang terjadi, mereka harus menolak Ahok di DKI Jakarta.
Sayang sekali, publik sudah tak sebedoh yang Rizieq Shihab pikirkan; umat beragama, sudah tak mudah untuk diprovokasi oleh jargon-jargon rasis; umat sudah semakin mengerti apa itu Rizieq Shihab dan Siapa Basuki Tjahaja Purnama.
Seorang tukang koran di seputaran Joy - Lenteng Agung, Jakarta Selatan, ketika menjual koran, ia berteriak, “Ada Badut Baru yaitu Gubernur Tandingan;” teriakan itu, membuat dagangannya laris manis. Saya pun membeli koran darinya, sambil bertanya, “Dul, kamu mau punya gubenur seperti itu!?” ia pun jawab, “Walah Abbah, makanya gue bilang ada badut baru; laku deh jualan gue!”
Sama halnya dengan tukang gorengan di depan Kampus, Hanafi,ia menyatakan, “Saya mah, yang kaya’ gitu, tak mau dengar dan ikutan, masa’ gubernur yang sah mau ditandingi!?” Hanafi pun melanjutkan bahwa kami orang kecil, namun sudah tahu mana yang benar mimpin rakyat.
Harapan
Beberapa rekan yang ditemui, juga sama; mereka hanya melihat “Gubernur Tandingan” sebagai lelucon dari orang-orang yang tak ada kerjaan. Harapan mereka, cuma satu, aparat kepolisian menindak tegas kelompok ilegal tersebut; dan jika “Gubernur Tandingan” melakukan keresahan di masyarakat, maka ia harus ditangkap.
Dapatkan Sample GRATIS Produk sponsor di bawah ini, KLIK dan lihat caranya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.